Cerpen: Oppa and I by ErizaYuu

'Oppa and I'
Author: Eriza Yuu
Cerpen, Fanfic, Romance

..............




" Annyeong haseyo! "

Terdengar suara perempuan memanggil dari arah pintu depan rumah. Aku yang baringan di sofa ruang tengah sambil bermain ponsel berbicara pada kakak yang asyik menonton acara tv favoritnya.
" Siapa sih? Memang ini di Korea?! "

Kakak tidak menjawab. Ia langsung berlari ke luar dan terdengar suara tawa kegirangan.
" Ga jelas! " gumamku.
 
Aku berbaring ke kanan ke kiri. Mencari posisi yang nyaman untuk bermain game di ponsel. Di atas sofa yang hanya seukuran badan mungilku, panjangnya pun kurang dari tinggi badanku. Akhirnya aku menemukan posisi yang pas. Kaki satu di bawah, kaki satunya lagi di angkat ke atas sandaran sofa. Kakak bersama kedua temannya tiba-tiba masuk. Tawa kakak langsung hilang melihat gaya rebahanku. Aku sih cuek saja. Walau mata kakak melotot padaku. Wanita cantik berambut pendek di sebelah kakak hanya menahan tawa. Sedang temannya yang satu lagi diam saja. Temannya itu agak misterius. Dia mengenakan masker, memakai topi bucket dan kaos lengan panjang longgar. Jika di perhatikan dari gaya pakaiannya bisa di pastikan dia seorang laki-laki.

" Bi, turunkan kakinya! " tegur kakak dengan suara pelan.

Aku hanya menurunkan kaki yang ada di atas sandaran sofa. Tapi tidak mengubah posisi rebahanku.

" Anak ini...  " geram kakak.

" Biarkan saja! Dia wanita yang apa adanya dan tidak berpura-pura. Aku suka! " kata teman kakak yang perempuan.
Ia tersenyum manis padaku. Aku juga membalas senyumnya semanis madu. Lalu melanjutkan permainan ku.

Teman kakak itu berbicara pada teman satunya dengan bahasa Korea. Lantas aku menoleh ke arah mereka. Teman satunya itu kemudian membuka topinya. Nampak rambut hitamnya yang acak-acakan. Lalu ia membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya. Aku langsung ternganga seperti orang bodoh. Ya Tuhan, dia itu..... Bukankah dia.... 
Aku melompat bangun dari posisi rebahanku yang nyaman. Dan menunjuknya sambil berseru,
" Yesung! "

Ketiganya langsung menoleh padaku. Teman kakak yang perempuan tersenyum.
" Iya. Ini memang Yesung. "

Ia lalu menghampiriku dan berkata dengan pelan,
" Adik manis, siapa namamu? "

" Bianca Estella. " jawabku.

" Aku Maria Park. Oke Bianca, bisakah kau membantu ku menjaga rahasia? " tanyanya.

" Rahasia apa? Aku akan berusaha membantumu jika itu tidak sulit. " jawabku polos.

" Hahaha... Ini sangat mudah. Kau hanya perlu merahasiakan keberadaan Yesung di sini. Karena untuk sementara, dia akan tinggal bersama kalian! " jelas Maria Park.

" Ha? Serius?! " seruku. Maria mengangguk.

Aku menatap kakak.
" Kakak, ini benar? "

" Iya, bawel! " jawab kakak.

" Oke... Oke.. Eonni tenang saja aku berjanji akan merahasiakan hal ini dari siapapun. " ucapku sambil mengacungkan jari bertanda v.

" Good. " Maria Park tersenyum. Ia berbalik kembali menemui Yesung. 

Maria menepuk bahu Yesung sambil berbicara bahasa Korea dengannya. Yesung langsung menatap ku dengan mata sinisnya. Tidak ada senyum di wajahnya. Aku jadi teringat saat dia dan boyband-nya tampil bernyanyi di sebuah acara tv. Dia berkali-kali menyapa penonton. Berbeda sekali dengan yang aslinya. Yang saat ini berdiri tak jauh di depanku. T.T

----------------------------------------------

Sebelum cerita berlanjut, kita kenalan sedikit ya! Namaku Bianca Estella.  Wanita muda berusia 24 tahun, single, SPG produk kecantikan ternama di salah satu mall. Kakakku bernama Cristy Estella. Dia empat tahun lebih tua dari ku. Kakakku seorang workaholic. Lebih suka bekerja dari pada cari pasangan. Makanya single sampai sekarang. Kami hanya dua bersaudara. Kakak Cristy pernah bekerja di perusahaan agensi di Korsel.  Sekarang dia bekerja di perusahaan entertainment dalam negeri. Bisa di bilang aku dan kakak bagai bumi dan langit. Dari segi pekerjaan, keterampilan, bahkan fisik pun aku kalah dari kakak. Tapi untungnya kakakku sangat baik. Kedua orang tuaku juga tidak pernah membanding-bandingkan kami atau pilih kasih. Kata mama semua manusia memiliki keunikan nya sendiri. Tidak ada yang benar-benar sempurna. Kelebihan orang lain mungkin adalah kekurangan kita, tapi kekurangan orang lain bisa jadi juga kelebihan kita. Jadi kita harus percaya diri dan tidak boleh insecure.
Oke kembali ke cerita. Kenapa Yesung bisa ada di Indonesia? Bahkan di rumahku? Hmm, mari kita lanjutkan ceritanya.

--------------------------------------------

Kakak membawa Yesung ke kamar tamu yang akan di tempatinya. Maria Park juga ikut melihat-lihat. Aku masih di ruang tengah. Kali ini sudah duduk dengan manis. Sekarang benar-benar merasa malu. Entah apa yang di pikirkan Yesung melihat 'gayaku' yang tidak karuan tadi. Aduh....
Setelah memastikan semuanya beres, Maria pun pergi. Yesung sedang merapikan barangnya di kamar. Kakak kembali ke ruang tengah. Aku segera mendekatinya.

" Kakak, kenapa Yesung bisa tinggal di rumah kita? " tanyaku penasaran.

" Sebenarnya ini rahasia. Aku akan menceritakannya padamu tapi jangan beritahu siapa-siapa. Sementara kita juga tidak akan menerima tamu. Akan repot kalau orang lain tahu. " kata kakak.

" Iya, aku tidak akan bilang siapa-siapa. Tapi papa dan mama? " tanyaku.

" Papa dan mama masih di luar negeri. Mereka tidak akan pulang dalam waktu cepat. Lagi pula aku sudah minta izin. Jadi aman. " jawab kakak.
" Mengenai Yesung, itu karena Maria. Maria adalah manager Yesung juga teman baikku saat bekerja di perusahaan agensi dulu. Sebenarnya kedatangan Yesung untuk mengisi acara di salah satu platform e-commerce. Tapi tidak tahu tiba-tiba jadwal berubah. Dari management juga tidak ada keterangan pasti. Jadi sambil menunggu kejelasan, Maria menitipkan Yesung di sini. Karena dia juga harus mengurus beberapa hal. " Kakak menjelaskan dengan panjang lebar.

" Ooh... " aku mengerti sekarang.

" Ingat ya, jangan beritahu siapa-siapa. Kau tidak mau rumah kita di penuhi paparazi dan fans karena ketahuan menyembunyikan artis Korea kan?! " Kakak mengingatkan.

" Iya, tahu. " jawabku.


Sejak kedatangan Yesung siang tadi, dia belum meninggalkan kamar. Kakak sedang memasak untuk makan malam. Aku membantunya menyiapkan meja makan. Setelah makanan siap di atas meja, kakak memanggil Yesung. Bahasa Korea kakak cukup fasih.
Aku dan kakak sudah siap di meja makan. Tak lama Yesung datang. Ia duduk di depanku. Ia sudah berganti pakaian dan rambutnya sedikit lebih rapi. Ia melihat makanan yang terhidang di atas meja.

" Waa~ mas-isseo boineyo! (Wah, sepertinya enak!) " seru Yesung.

" Jeulgiseyo! (Silahkan di nikmati!) " kata kakak.

Kami bertiga mulai menikmati makan malam. Yesung makan dengan lahap. Sekali-kali aku memperhatikannya sambil menikmati makanan ku dengan pelan.
Tak pernah terbayangkan bisa satu meja dengan orang terkenal. Wkwkwk~

____________________


It's Monday! Waktunya bekerja. Aku sudah bersiap dengan pakaian rapi dan wajah yang sudah di dandan cantik. Yah, namanya juga SPG produk kecantikan jadi harus make-up cantik betul?!
Kakak juga harus bekerja. Jadi otomatis Yesung akan berada di rumah sendirian. Saat berjalan ke ruang tengah, aku berpapasan dengan Yesung. Ia melihatku dari atas sampai bawah.

" What do you see? " tanyaku dengan judes.

Dia hanya menyunggingkan bibirnya. Kemudian menunjuk ku dan matanya sambil berjalan pergi.

" Apaan sih? "

" Bi, sudah siap belum? " tanya kakak.

" Sudah, kak. " jawabku. Aku dan kakak biasa berangkat kerja bersama.

Kakak melihat wajahku.
" Sepertinya ada bekas mascara mu menempel di bawah kantung mata. " kata kakak.

" Hah? " Aku langsung mengambil cermin.
Benar ada bintik-bintik hitam yang nampak jelas di kantung mata. Pasti karena mascara yang belum kering saat mata berkedip. Aku mengambil tisu untuk membersihkannya. Berarti yang di tunjuk Yesung tadi adalah ini?! Aduh, aku malah judes padanya.
Kalau gadis-gadis di luar sana pasti sudah meleleh di perhatikan salah satu Idol K-Pop. Nah aku nya malah judes aja. Aduh, Bianca padahal umur sudah segini, kalau judes terus mana ada laki-laki yang mau! Suara hatiku berbicara.

" Oppa, jeowa yeodongsaeng-eun ilhaleo gabnida. Oppa jib-e honja gwaenchanha? (Oppa, aku dan adikku akan berangkat bekerja. Tidak apa-apa kan Oppa sendiri di rumah? ) " tanya kakak. 

" Ne, gwaenchanhayo! (Iya, tidak apa-apa!) " jawab Yesung.

" Joh-a. jibcheoleom daluda! (Baguslah, anggap saja seperti di rumah sendiri!) " kata kakak.

" Ye! " jawab Yesung.

Aku dan kakak pergi meninggalkan Yesung di rumah sendiri.

________________________________


Jam 3 sore aku pulang ke rumah. Pekerjaan ku tidak memakan banyak waktu seperti kakak. Namun begitu masuk ke dalam rumah.... Aku terkejut.
Ruang tengah berantakan. Gelas berisi air tumpah membasahi meja, tisu serta bungkus snack juga mengotori meja. Remah-remah snack bahkan berserakan di sofa dan lantai. Bantal sofa jatuh ke lantai. Tv dan kipas juga menyala tanpa ada yang menonton. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya.  Aku hanya bisa pasrah.
Pertama, aku matikan tv dan kipas. Ku lepas blazer dan membuangnya ke sofa. Aku berjalan ke dapur hendak mengambil sapu. Ternyata dapur pun habis di obrak-abrik meski tidak separah di ruang tengah. Hanya beberapa barang yang berpindah tempat. Jadi ku letakkan barang di dapur ke tempatnya semula dulu. Baru kembali membereskan ruang tengah.
Di ruang tengah, aku mulai dengan membersihkan meja dan sofa. Di lanjutkan menyapu lantai dan mengepel. Akhirnya semua beres. Ruangan kembali bersih dan rapi.
Aku kembali ke dapur membawa ember bekas pel. Rasanya pinggang mau patah. Aku berhenti sebentar di depan meja. Memukul pinggangku dengan kepalan tangan. Belum pernah dalam hidupku pulang bekerja harus membereskan rumah seperti ini.
" Baru di tinggal sebentar rumah berantakan seperti ini. Aku bisa mati perlahan-lahan jika setiap hari harus membereskan rumah seperti ini.. " gerutu ku.

Saat berbalik tiba-tiba Yesung ada di belakang. Aku kaget. Dia diam menatapku sambil menggendong seekor anak anjing Pomeranian berwarna coklat. Aku langsung mengangkat ember ku lagi membawanya ke tempat cuci. Niatnya menghindar.
' Dia dengar tidak ya? Ah dengar juga tidak mengerti apa yang ku katakan. ' pikirku masa bodoh.
' Tapi dari mana anak anjing itu datang? Apa jangan-jangan ini ulah anak anjing itu? Apa aku harus bertanya padanya? Tapi aku tidak bisa bahasa Korea. ' Aku jadi bertanya-tanya sendiri.


Yesung tidak keluar dari kamar sampai malam. Sesekali terdengar suara gonggongan anjing. Begitu kakak pulang, aku mengadukan apa yang terjadi pada kakak. Kakak hanya tertawa.
" Dia tamu kita, jadi maklumi saja. " jawab kakak.

" Aku tidak mau membereskannya lagi kalau besok masih berantakan seperti tadi. Pinggangku serasa mau patah. Dan lagi kenapa dia membawa anak anjing ke rumah tanpa izin? " kataku.

" Dia sudah meminta izin untuk memelihara anjing. Tadi siang dia menelepon ku. " ujar kakak.

" Ya sudah,. kalau besok berantakan lagi, kakak yang bereskan! " kataku.

Aku hendak beranjak meninggalkan kakak. Pas Yesung muncul dengan anak anjingnya. Aku tidak mau melihatnya. Aku masih jengkel dan dia bahkan tidak meminta maaf sudah membuat rumah berantakan.

-----------------------------------------

Setelah beberapa hari Yesung tinggal bersama kami. Aku masih tidak banyak bicara dengannya. Selain faktor bahasa, rasa jengkel ku masih belum hilang. (Awet ya!) Bersyukur juga rumah tidak berantakan lagi. Sepertinya dia sudah menjaga anak anjingnya dengan baik. Sore ini aku pulang dengan sekantong belanjaan. Beberapa barang keperluan pribadi sudah habis. Aku meletakkan kantong belanjaan itu di ruang tengah dan meninggalkan nya sebentar untuk ke toilet. Saat kembali nampak Yesung sedang mengacak-acak belanjaan ku.

" Oppa! Stop! What you doing? " seruku.

" Nothing. I just wanna help you! " jawab Yesung.

" No need. Just put it down, I can do it myself. " tolakku.

" Benarkah? " tanya Yesung.

Eh, aku melongo. Aku tidak salah dengar?
" Barusan kau bilang apa? "

" Benarkah? " Yesung mengulangi.

" You speak Indonesian? " ujarku.

" Indonesia. Yes, i speak 'Indonesia'! " kata Yesung.

Aku tanya sekali lagi,
" Oppa, bisa bicara bahasa Indonesia? "

" Ya, aku bicara Indonesia! " jawabnya dengan sedikit aksen Korea.

" Ishh, bicara bahasa Indonesia! Ba-ha-sa! Bukan bicara 'Indonesia' ! Paham gak sih? " tanyaku dengan geram.

" Kan aku sudah bilang aku bisa bicara bahasa Indonesia. Kamu yang tidak mengerti. " jawab Yesung sambil menutup mulutnya menahan tawa. Anak anjing di sebelahnya menyahut 'guk'.

Jika dia bisa bahasa Indonesia, kira-kira dia dengar tidak ya saat aku menggerutu di dapur? Lagi-lagi aku merasa malu pada diriku.

" Jadi mau aku bantu? " tanya Yesung.

" Tidak perlu. Aku bisa sendiri. " jawabku lalu membawa kantong itu ke kamarku. Bagaimana bisa aku membiarkan nya membongkar kantong belanjaan yang isinya cuma barang yang di pakai perempuan saja.



Aku baru selesai mandi. Aku keluar dari kamar menuju ke dapur. Kakak mengirimkan pesan kalau dia akan pulang terlambat, jadi aku yang akan memasak untuk makan malam. Tidak butuh waktu lama, makanan sudah siap di atas meja. Yesung ke luar dari kamarnya langsung duduk manis di depan meja makan.

" Aroma masakan kamu tercium sampai kamarku. Aku jadi lapar. Ayo kita makan! " ajak Yesung.

" Oppa, makan duluan. Aku cuci ini dulu. " sambil menunjuk peralatan masak di wastafel.

" Aku bantu kamu saja. Supaya cepat selesai dan kita bisa makan sama-sama. " kata Yesung. Ia beranjak dari kursinya dan mendekat ke wastafel.
" Tidak enak kalau makan sendiri. " lanjutnya.

" Oh, oke. " Kami berdua bekerjasama. Dengan cepat semua peralatan masak sudah bersih.
Kami lalu makan bersama.

" Enak! Kamu pintar memasak seperti Cristy. " puji Yesung.

Aku tersenyum. Baru kali ini ia memuji ku.
" Aku juga belajar dari kakak. "

" Makan yang banyak! " suruh nya.
" Ah aku lupa tanya siapa namamu? Aku harus memanggilmu apa? " tanya Yesung.

" Namaku Bianca Estella. Panggil saja aku Bianca atau Bi saja. " jawabku.

" Bee... Terdengar seperti lebah!?  " canda Yesung.

" Bukan Bee tapi Bi. " ralatku.

" Bee.. " ulang Yesung.

" Ah sudahlah! " aku menyerah.

Yesung menahan tawa.

" Oppa, di mana anak anjing coklat itu? " tanyaku karena rumah sunyi sekali.

" Tidur di kamarku. " jawab Yesung.

" Dari mana oppa dapat anak anjing itu? " tanyaku.

" Maria membawakannya untukku. Rumah sepi sekali. Aku bosan di rumah. Maaf, hari itu sudah membuat rumah berantakan. Choco sangat nakal saat pertama ke mari. " jawab Yesung.

" Choco?! " aku mengulangi.

" Aku beri dia nama Choco karena dia berwarna cokelat. " jelas Yesung.

" Oooh... Chocolatos! " gumamku spontan.

" Chocolatos?? Apa itu? " tanya Yesung bingung.

" Eh. Itu sejenis coklat. Hahahah... Aku kelepasan ngomong. " jawabku sambil tertawa malu.

Yesung mengangguk. Entah apa dia mengerti.

" Oh, aku juga minta maaf. Aku mengomel di dapur waktu itu.  " kata ku agak menyesal.

Yesung tersenyum.
" Tidak apa-apa. Kamu pasti kesal. Aku juga pasti kesal kalau jadi kamu. " jawabnya.

Aku tersenyum.

' Guk! Guk! '

Choco berlari ke tempat Yesung. Ia berdiri menggoyangkan ekornya di depan Yesung.
" Ah, Choco sudah bangun! " Yesung mengelus kepala Choco.

" Apa Oppa sudah memberinya makan? " tanyaku.

" Iya. Dia makan tadi sore. Sekarang waktunya minum susu. Ayo Choco! " Yesung beranjak di ikuti Choco.
Ia mengambil susu kotak dalam kulkas lalu menuangkannya ke mangkuk makan Choco. Choco langsung menjilati susunya.

Aku sudah selesai makan dan membereskan piring kotor. Aku membawanya ke wastafel untuk di cuci. Saat melihatku hendak mencuci, Yesung langsung datang menyerobot.

" Biar aku yang cuci saja, Bee. Kamu duduk saja. " katanya.

" Tidak apa-apa. Ini pekerjaan ku. Lagi pula oppa tamu di sini- "

" Tidak boleh. Aku tidur dan makan gratis di sini. Harus bisa membantu kamu. " Yesung bersikukuh.

" Ya baiklah kalau oppa memaksa. Maaf merepotkan! " aku mengalah.

Yesung mulai mencuci piring. Aku hanya duduk memperhatikannya saja. Hari ini kami berbicara cukup banyak. Ternyata oppa Yesung orang yang menyenangkan juga. Aku sudah salah kira.

----------------------------------------------

Hari-hari menjadi menyenangkan. Setiap aku pulang dari kerja ada Choco dan Yesung yang menyambut ku. Kadang-kadang Choco masih suka nakal membuat berantakan. Namun Yesung akan mengomelinya dan membereskan semuanya. Aku pun mulai terbiasa dengan kegaduhan ini. Kakak juga merasa tenang jika harus kerja lembur. Karena aku tidak sendirian di rumah.
Hari ini aku pulang lebih cepat. Besok sudah hari minggu. Tidak terasa sudah 2 minggu Yesung di sini. Dia bahkan belum pernah sekalipun keluar dari rumah hanya untuk sekedar jalan. Aku merasa kasihan juga padanya. Dia pasti bosan.
Aku berencana ingin mengajaknya jalan-jalan besok. Tentu saja dengan persetujuan kakak.
Setelah kakak pulang dan kami menikmati waktu santai. Aku bertanya padanya,
" Kakak, besok kan hari minggu. Boleh tidak aku mengajak oppa ke luar jalan?! Dia sudah 2 minggu di sini. Dia pasti merasa bosan di rumah setiap hari. "

Kakak nampak berpikir.
" Kau yakin tidak akan ada yang mengenalinya? " tanya kakak.

" Dia bisa berpakaian seperti pertama kali datang ke sini. " jawabku.

" Selama tidak ada yang menyadari dia siapa, tidak masalah. " kata kakak.

" Terima kasih, kakak! " ucapku sambil merangkul pundak kakak.

Aku langsung berlari ke kamar Yesung untuk memberi tahunya hal ini.

Tok.. Tok... Tok...

" Oppa! Oppa! " aku memanggil Yesung sambil mengetuk pintu kamar.

Yesung membuka pintu kamarnya. Ia tidak memakai baju sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Aku terdiam.

" Ada apa? Kenapa diam? " tanyanya.

Aku memalingkan wajah.
" Ah.. Eh itu.. Nanti saja. Maaf menganggu. " aku secepatnya pergi. Tiba-tiba aku menjadi sangat gugup. 
Astaga, bagaimana reaksi fans-nya kira-kira jika mereka melihat idolanya seperti di posisi ku barusan. Kalau seperti di dalam komik pasti langsung mimisan. Hahaha...

Aku berjalan sambil menatap layar ponsel. Tiba-tiba Yesung menghadangku.
" Tadi kamu mau bicara apa? " tanyanya.

Oke, dia sudah rapi, sudah memakai baju juga. Jadi aku tidak perlu gugup.
" Oppa, besok kita akan pergi jalan-jalan! " kataku.

" Jalan-jalan?! Bersama Cristy dan Maria juga? " tanya Yesung.

" Tidak. Kita berdua saja. " jawabku.

" Berdua? Oh kencan! " ujar Yesung.

" Kencan?? Bukan, jalan-jalan. Hanya pergi jalan-jalan. " aku meluruskan.

" Berdua? " tanya Yesung sekali lagi sambil menunjuk jari tangan dua.

" Iya. " jawabku singkat.

" Oke! " Yesung lalu beranjak pergi.

' Aku jadi bingung sekarang. Kenapa oppa bilang kencan? Apa jangan-jangan oppa pikir aku mengajaknya kencan? ' Ops, aku menutup mulut ku.

----------------------------------------

" Jadi kita akan pergi ke mana? " tanya Yesung.

" Jalan-jalan. Hihihi... " jawabku.

Taksi yang ku pesan sudah datang. Kami berpamitan pada kakak yang menggendong Choco. Kami pun masuk ke dalam taksi. Tujuan pertama adalah taman hiburan. Di hari minggu seperti ini pengunjung memang agak ramai.

" Ramai sekali! Oppa, jangan jauh-jauh dari ku ya! Akan susah jadinya nanti kalau sampai terpisah. " pesanku pada Yesung.

" Iya. " ucap Yesung.

Aku dan Yesung memasuki kawasan taman hiburan. Beberapa wahana permainan nampak ramai orang yang mengantri.

" Oppa, mau main apa? " tanyaku.

" Apa saja boleh. Asal kamu suka. " jawab Yesung.

Melihat Yesung yang menyembunyikan diri di balik masker dan topi, tidak mungkin naik wahana extrem seperti roller coaster. Tiba-tiba ia menarik tangan ku.
" Ayo ke sana! " ajaknya.

Aku mengikutinya karena ia menarik tangan ku. Ia kemudian menunjuk kincir ria di depan.
" Mau naik itu? " tanyanya.

" Boleh. "

Setelah mengantri tiba giliran kami naik. Karena ramai jadi satu tempat kincir ria di isi 4 orang. Aku duduk di samping Yesung. Dan di depan duduk pasangan remaja, sepertinya pasangan kekasih. Sepasang kekasih itu lumayan berisik. Aku dan Yesung tidak banyak bicara. Kincir ria membawa kami naik semakin tinggi. Aku menarik baju Yesung lalu menunjuk ke luar.

" Lihat, kita bisa melihat semuanya dari atas sini! " kataku dengan pelan agar tidak menarik perhatian pasangan di depan kami.

Yesung ikut menoleh. Tiba-tiba kincir ria bergoyang. Aku kaget dan spontan memegang lengan Yesung. Yesung memelukku. Seketika jantung ku serasa akan melompat ke luar.
" Tidak apa. " ucapnya.

Kincir ria mulai turun dan berhenti bergoyang. Aku melepaskan lengan Yesung.
" Maaf. "

Yesung juga melepaskan pelukannya. Kincir ria berhenti. Kami pun keluar. Akhirnya detak jantung ku kembali normal.
" Oppa, mau main apa lagi? " tanyaku.

" Apa di sini ada kuda yang berputar-putar? " tanya Yesung.

" Ha? Kuda yang berputar-putar? " tanyaku sambil berpikir.

" Yang kita duduk di atasnya lalu berputar-putar ada musiknya. " jelas Yesung.

" Oo..  Komedi putar?! " seru ku sambil tertawa.

" Tidak tahu namanya. " jawab Yesung sambil membetulkan topinya.

" Ayo! " Aku mengajaknya ke tempat wahana itu.
" Apa ini? "

" Iya. Ayo naik itu! " ajak Yesung.

" O..oke. " Aku tak menyangka kalau Yesung mau naik komedi putar juga.

Setelah komedi putar berhenti. Kami turun. Kami berjalan meninggalkan wahana itu.
" Tunggu! " ujar Yesung.

" Kenapa, oppa? " tanyaku.

Yesung mengeluarkan ponselnya kemudian ia menarikku mendekat.
" Kita foto dulu ya! Untuk kenang-kenangan. " katanya.

Aku tersenyum di dalam foto. Yesung mengambil beberapa foto bersama ku dengan komedi putar sebagai background nya.
" Aku akan menyimpannya. " kata Yesung.

Aku hanya diam. Ucapan Yesung barusan membuat ku sedikit berpikir.
' Kenang-kenangan. Ya, oppa hanya sebentar di sini. Dan akan kembali ke negera asalnya. Kebersamaan ini kelak hanya akan menjadi kenangan yang mungkin akan di lupakan. Mengingat oppa adalah seorang Idol. Sedangkan aku bukan siapa-siapa. Tapi kenapa aku merasa sedih? '

" Bee, kenapa kamu diam? " tanya Yesung.

" Tidak apa-apa, oppa. Kita cari tempat istirahat sebentar ya! " jawabku.

Aku dan Yesung duduk di bangku kosong dekat taman mini.
" Pasti sulit rasanya ke mana-mana harus menyembunyikan jati diri. " kataku pada Yesung.

" Tidak. Di korea kalau mau pergi juga seperti ini. Jadi sudah biasa. " jawab Yesung.
" Bee, aku belum punya nomor ponsel kamu. Bolehkah minta nomor ponsel kamu? " tanya Yesung.

" Tentu saja. " jawabku. Aku menyebutkan nomor ponselku sedang Yesung mengetik di ponselnya.

" Kalau nanti aku pulang ke Korea, aku boleh telepon kamu kan? " tanya Yesung sambil menatap ku.

" Boleh. Asal jangan menelepon ku saat aku sedang bekerja. Aku tidak akan mengangkatnya. " jawabku sambil tersenyum. Yesung tertawa.

Selanjutnya aku membawa Yesung jalan-jalan di mall. Hanya sebentar untuk membeli keperluan toiletris dan bumbu dapur. Yesung pandai memilih barang belanjaan juga. Ia membantu ku memilih sabun yang wangi. Sebenarnya itu untuk dirinya sendiri. Ia juga mendorong troli untukku. Setelah berbelanja kami pulang. Saat makan malam aku dan Yesung bercerita pada kakak tentang jalan-jalan hari ini.
Hari sudah malam. Aku sedang berbaring di atas kasur. Besok sudah harus kembali bekerja. Tiba-tiba sebuah pesan WhatsApp masuk. Aku meraih ponsel ku. Dari nomor tak di kenal. Aku membuka pesan itu.

💬XXX : Bee, ini aku. Kamu sudah tidur?

Aku mulai mengetik. Kemudian masuk pesan lagi. Yesung mengirimkan foto yang di ambil tadi di taman hiburan.

💬 Aku : Belum tidur. Aku akan simpan ini.

Aku menyimpan nomor Yesung ke kontak. Lalu memberinya nama Oppa Yesung.

💬 Oppa Yesung : Ini nomor Indonesia hanya pakai sementara selama tinggal di sini. Nanti kalau aku kembali ke Korea aku akan menghubungi kamu lagi.

💬 Aku : Iya,. oppa. Aku tahu.

💬 Oppa Yesung : Bee, terima kasih kamu sudah mengajakku jalan-jalan hari ini ya! Aku sangat senang.

💬 Aku : Benarkah? Lain kali kita harus jalan lagi.

💬 Oppa Yesung : Iya. Kamu harus sering mengajak aku jalan ya! Selagi aku masih di sini.

💬 Aku : Iya, oppa!

💬 Oppa Yesung : Baiklah. Sekarang kamu tidur ya! Aku tidak mau besok kamu terlambat bangun gara-gara aku.

💬 Aku : Hahaha... Oppa bisa saja. Selamat malam, oppa! 

💬 Oppa Yesung : Selamat malam Bee. 🐝😊

Eh, lebah? Aku tersenyum melihat pesan terakhir itu.

----------------------------------------

Sampai hari ini belum ada kepastian jadwal acara dari management. Maria masih berupaya melakukan negosiasi.
Kata Maria pada Yesung, " anggaplah sedang liburan. ".
Yesung memang tidak mempermasalahkan hal itu. Dia merasa betah di sini. Hanya kadang temannya sering bertanya kapan ia pulang.
Aku dan Yesung juga jadi semakin dekat. Sekarang dia sering membantu ku membereskan rumah. Kadang-kadang kami juga membawa Choco jalan-jalan di sekitar komplek rumah.

" Apa hari minggu ini kamu akan mengajak ku jalan-jalan lagi, Bee? " tanya Yesung.

" Kalau oppa mau, kita bisa pergi. Tapi harus minta izin dulu pada kakak. " jawabku.

" Aku akan bicara pada Cristy saat dia pulang nanti.  " ujar Yesung bersemangat.

Benar saja, kakak baru masuk ke dalam rumah Yesung langsung menyerobotnya dengan permintaan izin. Karena sebelumnya tidak ada masalah. Jadi kakak setuju saja. Yesung langsung memberitahu ku dengan ekspresi senang.

***

Hari minggu yang di tunggu tiba. Aku dan Yesung jalan-jalan di kebun binatang. Yesung nampak terpukau melihat beberapa jenis binatang asli Indonesia. Kemudian kami pergi ke taman alun-alun kota. Menyusuri sepanjang jalan alun-alun yang berada di tepian sungai. Hingga menikmati pemandangan matahari terbenam bersama.
Langit mulai gelap, kami pun pergi. Berjalan-jalan sebentar di tepi kota. Para pedagang kaki lima mulai menggelar jualan mereka. Aku masuk ke salah satu warung kecil untuk membeli minuman mineral dan makanan ringan. Aku belikan satu untuk Yesung. Sedari siang tadi ia tidak minum sama sekali.
Kami lalu mencari tempat yang agak sepi. Sampai di sebuah sudut jalan,
" Sepertinya tidak ada orang. Mungkin tidak apa-apa oppa melepas masker sebentar. " kataku.

Aku membuka tutup air mineral yang masih tersegel untuknya. Yesung menerimanya dan menurunkan maskernya. Ia menghabiskan air mineralnya hampir tak bersisa.

" Oppa pasti haus sekali. " candaku.

" Hahaha... Mungkin begitu. " ujarnya sambil tertawa.

Tiba-tiba dua orang gadis muda lewat. Salah satunya sempat menatap Yesung. Yesung segera menaikkan kembali maskernya.

" Eh rasanya pemuda tadi tidak asing. " kata salah satu gadis itu pada temannya.

Aku dan Yesung berjalan pergi seolah tidak ada apa-apa.

" Ya, benar. Dia mirip salah satu member boyband Super Junor. " seru gadis itu. Kemudian ia dan temannya mulai berlari mengejar kami.

Yesung yang menyadarinya langsung menarik tanganku dan kami berlari dengan cepat. Kedua gadis itu masih mengejar. Kami berlari ke dalam gang. Kemudian aku melihat ada lorong kecil yang bisa di jadikan tempat sembunyi. Aku menyuruh Yesung ke sana. Di samping lorong itu di tutupi tumpukan kardus. Aku dan Yesung bersembunyi di balik kardus. Lorong itu sangat sempit sehingga aku berdiri sangat dekat dengan Yesung. Kedua gadis itu terus mengejar dan tidak tahu kami bersembunyi di sini.
Aku menyandarkan punggung ke dinding merasa lega. Tapi aku merasa ngos-ngosan sehabis berlari. Begitu juga Yesung. Ia menurunkan maskernya. Ia bernafas terengah-engah juga seperti ku.
Kami saling menertawakan. Kemudian terdiam. Aku menundukkan wajahku. Jarak kami sekarang sangat dekat sampai-sampai aku bisa merasakan nafasnya. Membuat jantung ku kembali berdebar. Yesung mengangkat wajah ku. Dia menatapku penuh arti. Kemudian perlahan ia mendekat dan mencium bibirku. Ciuman yang manis. Aku memeluknya tapi tak ada sepatah pun kalimat keluar dari mulut ku. Aku bisa merasakan detak jantungnya yang juga cepat. Ternyata bukan hanya aku.
Kami berjalan pulang sambil berpegangan tangan. Sesekali saling menatap dan tersenyum. Aku tidak mengira menyukai seseorang sebahagia ini. Kakak sudah menunggu kepulangan kami di depan rumah.

" Kenapa malam begini baru pulang? Aku menelepon mu berkali-kali tapi tidak aktif, Bi! " tanya kakak yang terlihat cemas.

" Maaf, ponselku pasti mati kehabisan baterai. " jawabku.

" Sorry, Cristy. Aku bawa adik kamu sampai lupa waktu. " Yesung juga menjelaskan.

" Ya tidak apa. Yang penting kalian baik-baik saja. Aku hanya takut terjadi sesuatu. Masuk dan bersihkan diri, aku akan panaskan makanan. " ujar kakak.

" Iya. " jawabku.

Kakak kembali ke dalam rumah. Namun saat berbalik ia melihat tangan ku dan Yesung saling berpegangan.

Selesai mandi dan berganti pakaian, aku dan Yesung makan malam bersama. Kakak meninggalkan kami karena ia sudah makan sebelumnya. Kami menikmati makan malam sambil saling menatap dan tersenyum.
" Maaf ya. Kamu di marah Cristy karena aku. " ucap Yesung.

" Tidak apa. " jawabku.


Aku berbaring di atas kasur. Ciuman tadi masih teringat sangat jelas. Entah sampai kapan perasaan bahagia ini akan bertahan. Aku sangat takut harapan ini menjadi terlalu tinggi. Sedangkan ia adalah bintang yang sewaktu-waktu akan berpindah dan menghilang di langit malam.

---------------------------------------------------

Aku baru ke luar dari kamar sambil mengancing blazer yang ku kenakan.

" Kamu lebih cantik dengan make-up tipis. " ucap Yesung yang tiba-tiba muncul dari belakang.

" Oppa.... " Aku kaget dong.

Yesung tersenyum saja.

" Ini hanya karena pekerjaan. Apa make-up ku ini terlalu menor ya? " tanyaku.

Yesung mengangkat bahunya.
" Mungkin selera riasan wajah tiap negara beda. " jawabnya asal.

" Jawaban itu tidak membantu. " ujarku sambil berjalan menuju dapur.

" Chagiya~ Jangan marah. " ucap Yesung yang mengejar ku.

" Aku tidak marah. Apa itu chagiya? " tanyaku.

" Chagiya itu sayang dalam bahasa Korea. " jelas Yesung sambil tersenyum.

" Oh. " Aku tersipu malu.

" Bi, ayo sarapan! " panggil kakak. Dia juga memanggil Yesung,
" Oppa, achim meogja! "

" Ye. " jawab Yesung.

" Kakak, oppa kan bisa bahasa Indonesia. Kenapa masih memakai bahasa Korea? " tanyaku.

" Sudah kebiasaan. " jawab kakak.

" Oppa, apa member Super Junior yang lain bisa bahasa Indonesia juga? " tanya ku.

" Bisa. Tapi ada yang tidak terlalu lancar. " jawab Yesung.

" Wah, hebat sekali. " puji ku.

Selama sarapan aku dan Yesung asyik mengobrol. Sedangkan kakak hanya diam memperhatikan kami.

------------------------------------------------

Aku sedang memasukkan pakaian ke dalam lemari ku. Kebetulan pintu kamar terbuka. Yesung datang dari belakang dan memeluk ku.

" Oppa! Kau selalu membuat ku kaget. " gerutuku.

" Habis aku rindu kamu. " kata Yesung.

" Kita bertemu setiap hari, oppa! " Aku melepas pelukannya dan menutup kembali pintu lemari.

Di depan pintu lemari ada cermin besar. Yesung kembali memeluk sambil melihat bayangan diri kami di depan cermin.

" Tapi aku masih rindu. " kata Yesung. Dia mencium pipi ku. Aku menoleh padanya.

" Tunggu sebentar! " Yesung mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
Ia melingkarkan tangannya ke leherku sampai menyentuh pundak. Kemudian tangan satunya memegang ponsel lalu memotret menggunakan kamera belakang yang di arahkan ke cermin.
" Lihat, wajah kamu lucu sekali! " Yesung menunjukkan hasil fotonya.

" Ah, oppa... Foto ulang cepat! " suruh ku.

" Oke, oke. " Yesung mulai memotret lagi. Kali ini hasilnya lebih bagus. Ya, bagus juga untuk di pamerin. Hehehe.... Tapi sebaiknya jangan.

" Aku kirim buat kamu ya! " ucap Yesung.

Dia membuka aplikasi pesannya. Ponselnya menggunakan tulisan Korea yang tidak ku mengerti. Tak lama terdengar dering pesan WhatsApp masuk ke ponsel ku. Kontak ku juga di tulisnya dengan bahasa Korea.

" Kenapa nomor ku juga memakai tulisan Korea? Itu artinya apa, oppa? " tanyaku penasaran.

" Ini di baca chagiya. Aku sudah beri tahu kamu artinya apa kan? " jawab Yesung.

" Oh..  Iya. "

" Aku suka kamu, Bee. " bisik Yesung di dekat telinga ku.

Aku tersenyum senang mendengarnya.
" Aku juga suka oppa! Saranghae, oppa. " Aku menunjukkan tanda cinta dengan jari padanya.

Yesung tertawa. Ia mencium pipi ku.

--------------------------------------------------

Setelah makan malam aku mencuci piring. Yesung membantu ku. Bukannya segera menyelesaikan nya ia malah menggoda ku dengan menempelkan busa sabun ke pipi ku.

" Oppa~ " protes ku. Tapi ia malah tertawa.

Aku membalasnya namun ia berkali-kali berhasil menghindar. Jadi aku mencipratkan air ke wajahnya. Kakak masuk dan melihat apa yang kami lakukan. Ia tidak bicara apa-apa langsung pergi.
Di hari lain kami berdua duduk di ruang tengah sambil menonton tv. Dengan masker wajah menempel di wajah kami. Choco ikut duduk di pangkuanku.

" Ini Chocolatos! " Aku memberikan sebungkus wafer coklat itu pada Yesung.

" Oh jadi ini namanya Chocolatos! " kata Yesung. Ia membuka bungkusnya dan memakannya.
" Coklat. "

"Iya. Enak? " tanya ku.

" Mmm.... Enak. " jawab Yesung.

Aku menatap Yesung, ia sangat menggemaskan dengan masker wajah bentuk panda. Aku hendak mencubit pipinya.

" Jangan! Ini belum kering. " ujarnya sambil menjauh.
" Nanti kalau sudah kering, chagiya boleh mencubit pipi ku sampai puas. Tapi jangan kuat-kuat. " lanjutnya.

Setelah Yesung melepas masker wajah nya. Aku bersiap mengangkat jari ku. Ku pencet-pencet pipi nya, cubit-cubit dengan puas. Kulit wajahnya sangat halus dan mulus. Yesung hanya pasrah.

" Oh wajah tampan ku! Sangat kasihan. " Yesung mengelus-elus pipi nya. Aku tertawa.

-------------------------------------------------

Pagi ini Maria datang ke rumah. Ia berbicara dengan Yesung dan kakak. Aku harus berangkat bekerja, jadi aku pergi duluan. Saat aku pulang seperti biasa Yesung dan Choco menyambut ku.

" Lihat Choco, mommy sudah pulang! " seru Yesung.

Aku mengelus kepala Choco.

" Chagiya hanya mengelus kepala Choco? Bagaimana dengan ku? " protes Yesung dengan wajah yang di buat kasihan.

Aku mendekat dan mengecup pipi Yesung.
" Apa sudah senang? "

" Senang. " jawab Yesung sambil tersenyum.

Aku duduk di sofa sambil merenggangkan kedua tanganku ke atas. Yesung ikut duduk di samping ku.

" Bee, acara untuk platform e-commerce akan di lakukan besok. Maria akan datang menjemput ku. " Yesung memberitahu ku.

" Bukankah itu bagus, oppa! " jawabku.

" Iya. Kalau berjalan lancar, dua hari sudah selesai. " lanjutnya.

" Oh sangat cepat. " ujarku. 'Jadi... itu berarti oppa juga akan segera meninggalkan Indonesia. '
" Oppa, aku ke kamar dulu ya. Mau bersihkan wajah. " kata ku.

" Iya. " jawab Yesung.

Aku beranjak pergi. Yesung hanya menatap kepergian ku. Sebenarnya aku hanya ingin menyembunyikan kesedihan ku.

...

Aku sedang memotong sayuran di meja. Yesung menarik kursi dan duduk di depannya. Ia terus memperhatikan ku.

" Kenapa oppa menatapku seperti itu? " tanya ku.

" Tidak boleh? Aku suka melihat mu. " jawab Yesung.

" Boleh. Kalau begitu lihatlah saja puas-puas! " kata ku kembali melanjutkan kesibukan ku.
' Karena nanti kita tidak akan bisa sedekat ini lagi. '

----------------------------------------------

Akhirnya pekerjaan itu pun selesai. Kakak pulang lebih cepat bersama Maria yang datang membawa banyak belanjaan. Mereka mulai sibuk membongkar belanjaan nya di dapur.

" Wah banyak sekali belanja nya? " tanya ku melihat semua sayuran, buah dan bumbu dapur yang di keluarkan.

" Hari ini kita makan besar. " jawab kakak.

" Dalam rangka apa? Eonni juga ikut memasak? " tanya ku pada Maria juga.

" Tentu saja. Begini-begini aku juga pandai memasak loh! " jawab Maria membanggakan diri.

" Tidak ada acara apa-apa. " timpal kakak.

" Jangan bilang tidak ada, Cristy! Aku bersusah payah bekerja untuk proyek ini. Jadi kita harus merayakan keberhasilan ini. " protes Maria pada kakak.

" Ya, terserah kau saja. " ujar kakak.

" Apa ada yang bisa aku bantu? " tanya ku menawarkan diri.

" Tidak perlu. Bianca, kamu pergi main saja sama Yesung sana. Selagi dia masih di sini. " jawab Maria.

" Baiklah. " Aku pun beranjak pergi. ' Benar, selagi dia masih di sini. Tapi di mana dia? '

Aku berjalan ke ruang tengah, ruang tamu, teras belakang, lantai atas rumah tidak juga melihatnya. Apa mungkin di kamar? Aku menuju ke kamarnya. Pintu kamar tertutup. Aku mengetuk pelan.

" Oppa? Kau di dalam? " panggil ku.

Terdengar sahutan Choco di dalam kamar. Yesung membuka pintu. Choco langsung berlari ke luar. Yesung kembali duduk di atas tempat tidur. Aku melangkah masuk kemudian duduk di sampingnya. Ini pertama kali aku masuk ke kamarnya sejak dia di sini. Ia menjaganya dengan tetap rapi.

" Oppa, kenapa? " tanya ku.

Yesung tidak menjawab. Dia menyandarkan kepalanya ke bahu ku. Kemudian ia menggenggam tangan ku.

" Biarkan seperti ini sebentar ya! " ucapnya.

" Ya. " jawabku. Aku mengusap kepalanya dengan lembut. Membiarkan dia terus bersandar di bahu ku tanpa mengatakan apa-apa.

....

Berbagai macam makanan terhidang memenuhi seisi meja. Kami ber-empat bersulang dan mulai menikmati makan malam. Setelah makan masih berkumpul di ruang tengah. Mendengar berbagai cerita Maria dari A sampai Z. Aku mulai menguap. Padahal baru pukul 9 malam. Besok masih hari kerja. Aku pamit untuk ke kamar duluan.

-------------------------------------------------

Aku sedang bekerja. Tiba-tiba seorang pemuda memakai topi dan masker berdiri di depan ku. Aku terkejut tentu saja aku kenal sosok pemuda itu.

" Oppa! Kenapa oppa bisa ke sini? " tanya ku dengan suara kecil.

" Aku datang jemput kamu pulang. " jawab Yesung.

" Oppa datang sendiri? " tanya ku.

" Cristy mengantar ku. " jawab Yesung.

Aku melirik jam tangan ku.
" Sebentar lagi aku pulang. Oppa tunggu saja di sana. " Aku menunjuk ke arah depan di mana ada bangku.

" Oke. " kata Yesung.

Begitu jam kerja selesai, aku segera menemui Yesung.
" Maaf, oppa menunggu lama. "

" Tidak koq. Sebelum pulang kita jalan-jalan dulu yuk! " ajak Yesung.

" Oppa mau ke mana? " tanya ku.

" Lihat sunset. " jawab Yesung.

" Ayo! "

....

Sepanjang perjalanan Yesung terus menggenggam tangan ku. Kami berjalan menyusuri alun-alun. Lalu berhenti di pertengahan jalan. Memandang ke depan hamparan sungai. Nampak kapal yang berlayar di kejauhan.
Yesung tidak mengatakan apa-apa. Aku merasa ini akan jadi sunset terakhir yang kami nikmati bersama.

" Kapan oppa kembali ke Korea? " tanya ku.

" Heh? " Yesung menatap ku.

" Pekerjaan oppa di sini sudah selesai kan?! Itu berarti oppa akan segera pulang. Keluarga dan teman-teman oppa pasti sudah menunggu kepulangan oppa. " kata ku.

" Kamu tidak sedih? " tanya Yesung.

Aku menggeleng.
" Bisa melihat oppa tampil di tv saja aku sudah senang apa lagi menjadi orang yang di sukai oppa dan bersama oppa seperti ini. Aku tahu suatu hari oppa pasti akan pergi. Jadi aku seharusnya tidak sedih. " jawab ku sambil menunduk.

Yesung menarik ku ke pelukannya. ' Aku bukannya tidak sedih, hanya tidak ingin oppa melihatku sedih dan membuatnya berat untuk pulang. '

Matahari mulai terbenam. Yesung melepas pelukannya. Ia merangkul pundak ku. 
" Aku punya sesuatu untuk kamu! " Yesung lalu merogoh saku celananya.
Ia mengeluarkan seuntai kalung liontin panda yang langsung dia pakaikan ke leherku.
" Apa kamu suka? " tanyanya.

" Iya. Aku suka. Terima kasih, oppa! Aku akan menyimpannya dengan baik. " jawabku.

" Aku mau kamu pakai. Bukan suruh kamu simpan. " ujar Yesung.

Aku tertawa. Oh, aku baru ingat.
" Ah, aku lupa membelikan sesuatu untuk oppa! Bagaimana ini? Oppa suka apa?.Aku tidak tahu harus membelikan apa. "

" Bee, aku tidak mau apa-apa. Kamu sudah kasih aku apa yang tidak bisa di kasih sama semua orang bahkan fans dan teman-teman. Aku menerima banyak hadiah dari fans. Dukungan dari teman-teman. Tapi kamu memberi aku lebih banyak. Kamu beri aku waktu, perhatian, rasa suka, dan kamu mengajak aku ke tempat yang baru belum pernah aku kunjungi. Semua ini sudah cukup. Kamu memberi aku kenangan indah. Foto-foto kita akan aku simpan terus. " terang Yesung. Ia membelai pipi ku dengan lembut.

" Apa oppa akan ke sini lagi? " tanya ku.

" Aku belum tahu. Aku tidak bisa janji kapan akan datang lagi. Tapi aku pasti akan hubungi kamu. " jawab Yesung.

Aku hanya tersenyum. Aku kembali memeluknya. Hanya ingin memeluknya. Menikmati kebersamaan ini sebentar lagi sebelum mimpi indah ini berakhir.


---------------------------------------------


Di bandara,

" Wae Bee ajig anwasseo? Geuneun naleul delyeogago sipji anh-a? (Kenapa Bee masih belum datang? Apa dia tidak mau mengantarku?) " tanya Yesung pada Maria.

" Bianca ilhago issseubnida. Geuneun eotteohge yeogie wassseubnikka? (Bianca masih bekerja. Bagaimana dia bisa kemari?) " jawab Maria.

" Jamsi mannago sipseubnida. Naneun oneul achim-e geugeoseul boji moshaessda. (Aku mau bertemu sebentar. Tadi pagi aku tidak sempat melihatnya.) " kata Yesung.

" Yeseong-ssi, mosgayo. Bihaeng-giga god tteonal geosida. (Yesung, kita tidak bisa pergi. Pesawat sebentar lagi akan berangkat.) " ujar Maria.

" Geuleom geunyang chulbal yeongi. (Kalau begitu tunda saja keberangkatannya!) " balas Yesung keras kepala.

" Aishh~ eotteohge geuleol suga! Dangsin-eun... Bianca mannaneun de wae geuleohge gojibi sengayo? Neohui duleun maeil mannassda. (Isshh... Mana bisa begitu! Kau ini... Kenapa keras kepala sekali ingin bertemu Bianca. Kalian sudah bertemu setiap hari.) " geram Maria. Lantas ia menelepon Cristy dan menjelaskan situasi nya.

" Cristyneun Biancawa hamkke ol geos-ibnida. Dangsin-eun jigeum manjoghabnikka? (Cristy akan datang bersama Bianca. Apa sekarang kau puas?) " kata Maria. Yesung membuang muka.


.......


Hari ini Yesung kembali ke Korea. Tapi aku tidak tahu sama sekali. Pagi tadi aku terburu-buru berangkat kerja jadi tidak sempat bertemu dengannya. Siang ini kakak datang menjemput ku di tempat kerja dan memberitahukan nya. Aku izin pulang pada bos dan ikut kakak pergi.
Sampai di bandara aku segera berlari menuju terminal keberangkatan mencari sosok Yesung. Terlihat Maria melambai di depan. Aku segera menghampirinya tapi bukan Maria melainkan Yesung. Aku langsung memeluk Yesung. Maria hanya memperhatikan. Kakak juga hanya melihat.

" Oppa, kenapa tidak bilang hari ini pergi? " tanya ku. Perasaanku benar-benar sedih.

" Aku mau bilang tapi tadi pagi tidak melihat kamu. Aku tidak bisa mengatakannya kemarin. Maaf ya! " jawab Yesung.

Sedih, ya. Tapi aku tidak boleh menunjukkan nya. Aku berusaha tersenyum. Aku melepaskan pelukannya. 
" Oppa, jaga diri baik baik-baik ya! Meski pun sangat sibuk harus ingat jaga kesehatan. Aku akan lebih sering menonton oppa di tv. " pesan ku.

Yesung membelai rambut ku.
" Aku akan ingat pesan kamu. Kamu juga ya! Tidak boleh sedih. Aku juga titip Choco ya!" ucap nya.

Aku mengangguk.
" Oppa, kalau bertemu perempuan yang lebih baik dari aku, oppa harus mengejarnya! " canda ku sambil tersenyum.

" Kamu ini bicara apa? " ujar Yesung.

Terdengar pemberitahuan kepada penumpang pesawat kalau pesawat akan segera berangkat.

" Yesung... " panggil Maria.

" Kita bicara lagi nanti setelah aku sampai di Korea. " kata Yesung.

Aku mengangguk. Yesung kemudian mendekat ke wajahku. Ia menurunkan maskernya dan mengecup pipi ku. Maria nampak mengernyitkan dahi. Kakak terlihat biasa saja. Yesung segera menaikkan kembali maskernya. Ia juga membungkuk pada kakak. Kemudian menarik kopernya. Perlahan ia berjalan menjauh sambil melambaikan tangan pada ku. Aku balas melambai juga. Sampai ia hilang dari pandangan ku. Kakak mendekati ku.
" Ayo pulang! " ajaknya.

Dalam perjalanan. Kakak bertanya,
" Jadi kalian memang sedekat itu? "

" Kakak sudah tahu? "

" Aku tidak ingin ikut campur masalah pribadi mu, Bi. Kau sudah cukup dewasa untuk memutuskan. Kakak hanya ingin kau memahami situasi nya. Oppa Yesung-mu adalah seorang publik figur, idol yang di kenal semua orang dan di kelilingi orang-orang terkenal juga. "

Aku menyela
" Aku tahu, kakak! Aku tahu dunia kami berbeda. Aku juga siap dengan segala konsekuensinya. Sebenarnya aku tidak ingin berharap hubungan ini akan terus berjalan. Namun untuk saat ini, biarlah! Biarkan semua berjalan seadanya. Jika memang berjodoh pasti akan kembali. Jika tidak, mungkin sampai salah satu dari kami menemukan cinta sejati. Entah siapa yang akan lebih dulu menemukan nya. "

Aku menatap kakak yang juga melihat ku. Ia tersenyum.
" Aku sedikit lega mendengarnya. "



' Benar! Oppa adalah bintang di langit sementara aku hanyalah seorang wanita biasa dan bukan siapa-siapa. Aku tidak ingin memaksa yang akhirnya membuat diri sendiri terluka. Bintang yang terlalu tinggi, bagaimana menjangkau nya?Setidaknya aku pernah memiliki walau sebentar, sekarang harus melepas bintang itu pergi. Membiarkan bintang tetap bersinar di tempatnya. Bintang yang akan terus bersinar di hati. Oppa Yesung. '


---End---


Tittle : Oppa and I
Author : ErizaYuu

Terima kasih sudah baca cerpenku! Ini adalah salah satu cerpen fanfic yang kubuat untuk event cerpen bertema Idola di Mangatoon.
Kalau suka boleh di share ya! Dilarang mengcopy-paste!
Maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan bahasa Korea. Maklum hasil berguru dari uncle Google. Heheheh...




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wo Yi Wei (我以为) Lirik & terjemahan

Cinta Apa Adanya

Poem: Malam